Monday 18 November 2013

Fungsi Pertanyaan Dalam Proses Belajar

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Menurut Hasibuan (1988) pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa, artinya guru tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan, pada pola pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan siswa secara aktif.
Selain itu guru harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang guru dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan-perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada umumnya.
Salah satu tujuan dari pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus menyediakan peluang di dalam kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan siswa lebih besar. Menurut Blosser dalam bukunya yang berjudul “Research Matters-to the Science Teacher No.9001. Using Question In Science Classrooms.” salah satu  metode untuk merangsang siswa berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan pertanyaan.
Menurut pendapat yang dikemukakan Hasibuan (1988) dalam konteks pembelajaran dan sudut pandang teori belajar, pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan belajar sehingga anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang. Sejalan dengan itu sudut pandang lain juga mengatakan bahwa pertanyaan merupakan satu tindakan pedagogik guru dalam rangka mengkontruksi pengetahuan secara bersama.
Pertanyaan merupakan salah satu metode sederhana yang dapat menjadi metode alternatif yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Namun masih banyak guru yang gagal melihat hal tersebut, hal ini disebabkan penggunaan dan perumusan pertanyaan yang tidak tepat. Banyak guru memandang pertanyaan hanya sebagai salah satu metode pelengkap dalam mengajar, sehingga perumusan untuk memilih pertanyaan yang baik kurang diperhatikan, akibatnya tujuan dari pertanyaan tersebut tidak dapat tercapai.
Bertanya adalah seni dalam mengajar, karena bertanya merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Bahkan sebagian khalayak berpendapat bahwa efektifitas mengajar seorang guru, dapat dilihat dari kemampuannya untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Dahar, 1996) bahwa perumusan pertanyaan merupakan salah satu bagian yang paling penting dan paling kreatif dalam pendidikan.
Adapun pengaruh positif dari kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode pertanyaan tersebut diantaranya adalah:
(1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga akan muncul partisipasi siswa di dalam pembelajaran dan terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa, (2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan. Dengan pertanyaan yang diajukan guru, siswa akan dituntut untuk mencari jawaban sendiri sehingga secara tidak langsung minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dibicarakan menjadi meningkat. (3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa. Dengan pertanyaan siswa akan dituntut untuk mencari jawaban dengan berbagai cara, misalnya dengan mencari jawaban lewat buku atau nara sumber lain, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar, tidak hanya mendengar atau mendapat informasi dari guru. (4) Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan menuntun siswa berpikir. Dengan pertanyaan siswa dituntut untuk lebih berpikir kreatif agar dapat menjawab pertanyaan dengan baik (5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Pertanyaan yang diajukan di dalam kelas akan membantu mengontrol siswa dan menarik perhatian siswa kepada pelajaran yang sedang berlangsung.
Mengingat pentingnya penggunaan pertanyaan di dalam proses pembelajaran, maka guru harus lebih banyak mengembangkan pertanyaan di dalam kelas. Selain itu guru juga harus mampu merumuskan dan merancang pertanyaan yang dapat merangsang kemampuan siswa dalan berpikir, tidak hanya sekedar mengajukan pertanyaan yang asal dan tidak bermakna. Agar dapat mengajukan pertanyaan yang baik terutama pertanyaan tingkat tinggi, guru harus mampu memproses informasi di dalam memorinya dan kemudian merumuskan informasi ini dalam pertanyaan.
Dari uraian di atas mengenai pentingnya pertanyaan dalam proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa perancangan atau perumusan pertanyaan oleh guru merupakan satu hal yang wajib dilakukan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik Selain itu sebelum mengajar hendaknya guru mempersiapkan:
1. Materi yang akan disampaikan
2. Merancang media pembelajaran yang digunakan
3. Membuat dan merancang daftar pertanyaan yang disesuaikan dengan kompetensi dasar,
indicator, serta targetan atau hasil belajar dalam kurikulum sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa dan. 

sumber: repository.library.uksw.edu/bitstream
Blosser, P. E. (1990). Research Matters-to the Science Teacher No.9001. Using Question In Science Classrooms. Colombus, OH: Professor of Science Education, Ohio State University
Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Hasibuan, J. J., Ibrahim, dan Tolience, A. J. E. (1988). Proses Belajar mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro. Bandung: Remadja Karya.
Rustaman, N., Rochintaniawati, D., Nurjihani, M. K., subekti, R., Redjeki, S., Adi Yudianto, S., Dirdjosoemarto, S., H, Yanti., dan achmad, Y. (2001). Strategi Belajar mengajar. JICA
IMSTEP: Tidak diterbitkan.

No comments:

Post a Comment