Wednesday 5 December 2012

Taksonomi Bloom; Taksonomi Pengetahuan

Berikut ini merupakan penjabaran seputar taksonomi pengetahuan yang pernah saya baca dari sebuah makalah ilmiah tentang pendidikan guru.

TABEL TAKSONOMI MEMBANTU GURU DALAM TIGA HAL:
     Memahami secara utuh tujuan mereka (baik yang mereka pilih untuk mereka sendiri maupun yang diberikan kepada mereka); yaitu tabel dapat membantu menjawab pertanyaan, “learning question” (apa yang penting dipelajari siswa…)
  Membuat keputusan yang baik, bagaimana mengajar dan menilai siswa dalam batas-batas tujuan yang ditetapkan; yaitu tabel dapat membantu menjawab “instruction question” dan “assessment question
    Menentukan seberapa baik objektif, penilaian dan kegiatan intruksional, cocok/ layak keseluruhan; yaitu menjawab pertanyaan “aligment question”

EMPAT PERTANYAAN YANG DAPAT DIJAWAB TABEL TAKSONOMI:
   The learning question”: apa yang penting dipelajari siswa dalam waktu yang terbatas di sekolah/ di kelas.
   The instruction question”: bagaimana merencanakan dan menyampaikan pengajaran sehingga menghasilkan tingkat belajar yang tinggi untuk siswa dalam jumlah besar.
     The assessment question”: bagaimana memilih atau mendisain instrumen penilaian sehingga memberi informasi seberapa baik siswa belajar.
   “The alignment”: bagaimana menjamin konsistensi antara tujuan, pengajaran, dan penilaian.

RANAH PENGETAHUAN MENURUT LEE SCHULMAN
  1. Content knowledge (pengetahuan tentang isi), atau pengetahuan tentang subjek tertentu yang akan diajarkan, misalnya matematika, Bahasa Inggris, sejarah.
2.   Pedagogical content knowledge
(pengetahuan tentang kandungan/isi pedagogis); artinya, campuran khusus antara isi dan pedagogi yang secara unik menjadi wilayah kewenangan guru; bentuk khusus pemahaman profesional mereka sendiri. 
  1. Knowledge of learners (pengetahuan tentang siswa) dan karakteristiknya.
    4.   General pedagogical knowledge
(pengetahuan tentang pedagogi secara umum), dengan referensi khusus tentang berbagai prinsip dan strategi besar dari manajemen dan organisasi kelas yang tampaknya melampaui subjek yang diajarkan.
  1. Knowledge of educational contexts (pengetahuan tentang konteks pendidikan), yang berkisar mulai pekerjaan kelompok atau kelas, pengaturan dan pembiayaan sekolah, sampai karakter masyarakat dan budaya.
  1. Curriculum knowledge (pengetahuan tentang kuri-kulum), dengan pengetahuan khusus tentang materi dan program yang berfungsi sebagai "alat perdagangan" bagi guru.
  1. Knowledge of educational ends, purposes, and values (pengetahuan tentang sasaran, maksud, dan nilai-nilai pendidikan) dan dasar filosofis dan historisnya.
DIMESI PENGETAHUAN MENURUT BLOOM
         Pengetahuan Faktual :
1.      Pengetahuan istilah
2.      Pengetahuan spesifik
         Pengetahuan Konseptual
1.      Pengetahuan Klasifikasi dan Kategori
2.      Prinsip-prinsip dan generalisasi
3.      Pengetahuan ttg teori2, model dan struktur
         Pengetahuan Prosedural
1.   Pengetahuan tentang ketrampilan spesifik dan algoritma
2.   Pengetahuan tentang teknik-teknik dan metoda-metode spesifik subjek
3.   Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan  prosedur yang tepat
         Pengetahuan Metakognitif
1.    Pengetahuan strategis
2.   Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif (penget. Konstekstual dan tradisional yang tepat
3.  Pengetahuan tentang diri sendiri

RANAH KOGNITF
DIMENSI PROSES KOGNITIF
  1. REMEMBER (MENGINGAT)
Dimensi proses kognitif pertama adalah mengingat, yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang.  Diantaranya
Recognizing (mengenali), misalnya, mengenali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah.
Recalling (Mengingat kembali) misalnya, mengingat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah.

  1. UNDERSTANDING (MEMAHAMI)
Dimensi proses kognitif kedua adalah memahami (understanding), yaitu mengonstruksikan makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk komunikasi lisan, tulisan, dan drafts
Interpreting (menginterpretasikan) misalnya, menafsirkan pidato dan dokumen penting. 
Exemplifying (memberi contoh) misalnya, memberikan contoh berbagai gaya lukisan artistik. 
Classifying (mengklasifikasikan) misalnya, mengklasifikasikan kasus-kasus gangguan mental karena kalah dalam pemilihan calon legislatif.
Summarizing (merangkum) misalnya, menulis ringkasan pendek dari rekaman peristiwa tertentu. 
Inferring (menyimpulkan) misalnya, dalam mempelajari bahasa asing, menyimpulkan prinsip gramatikal dari contoh-contoh.
Comparing (membandingkan) misalnya, membandingkan peristiwa bersejarah dengan situasi sekarang. Dan Explaining (menjelaskan) misalnya, menjelaskan penyebab peristiwa penting abad kedelapan belas di Jawa Tengah.

  1. APPLY (MENERAPKAN)
Dimensi proses kognitif ketiga adalah apply (menerapkan), yaitu melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu.  Diantaranya
Executing (melaksanakan) misalnya, membagi sefauah bilangan bulat dengan bilangan bulat lain, keduanya dengan banyak digit.
Implementing (mengimplementasikan) misalnya, menentukan dalam situasi mana hukum Newton yang kedua dapat diterapkan. 

  1. ANALYZE (MENGANALISIS)
Dimensi proses kognitif keempat adalah analyze (menganalisis), yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian konstituen dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud keseluruhan. Diantaranya Differentiating (mendiferensiasikan) misalnya, membedakan antara bilangan yang relevan dan tidak relevan dalam soal kalimat matematika. 
Organizing (mengorganisasikan)  misalnya, bukti struktur dalam deskripsi historis menjadi bukti-bukti yang mendukung dan yang bertentangan dengan penjelasan historis tertentu. 
Attributing (mengatribusikan) misalnya, menentukan sudut pandang penulis sebuah esai dalam kaitannya dengan perspektif politisnya.

  1. EVALUATE (MENGEVALUASI)
Dimensi proses kognitif kelima adalah evaluate (mengevaluasi) yang membuat keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Diantaranya
Checking (mengecek) misalnya, menentukan apakah kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data yang terobservasi. 
Critiquing (mengkritik) misalnya, memutuskan mana di antara dua metode yang merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan masatah tertentu. 

  1. CREATE (MENCIPTAKAN)
Dimensi proses kognitif keenam adalah create (menciptakan), yaitu meletakkan setiap unsur bersama-sama untuk membentuk fungsi atau sesuatu yang saling bertalian; mereorganisasi unsur-unsur ke dalam pola yang baru atau struktur yang baru.  Diantaranya
Generating (membangun) misalnya membangun hipotesis untuk melaporkan pengamatan tentang suatu fenomena. 
Planning (merencanakan) misalnya: merencanakan penelitian dari topik sejarah yang telah ditentukan oleh guru. 
Producing (memproduksi) misalnya mengembangkan habitat dari spesies tertentu untuk tujuan tertentu.

RANAH AFEKTIF
Ranah afektif menurut derajat komitmen atau intensitas emosional yang dibutuhkan siswa dalam lima kategori sebagai berikut (Arends, 2004):
  • Receiving (menerima)—Siswa menyadari atau memperhatikan sesuatu di lingkungan.
  • Responding (merespons)—Siswa memperlihatkan perilaku baru tertentu sebagai hasil pengalaman dan respons terhadap pengalaman.
  • Valuing (menghargai)—Siswa memperlihatkan keterlibatan mutlak atau komitmen terhadap pengalaman tertentu.
  • Organization (organisasi) —Siswa telah mengintegrasikan sebuah nilai baru ke dalam nilai-nilai umumnya dan memberinya tempat yang layak dalam sistem prioritas.
  • Characterization by value (karakterisasi menurut nilai)— Siswa bertindak secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen yang kuat terhadap pengalaman itu.

RANAH PSIKOMOTORIK
Ranah psikomotorik berkenaan dengan rentang kategori mulai dari reaksi refleks sederhana sampai tindakan kompleks yang mengkomunikasikan berbagai ide dan emosi kepada orang lain.
Gerakan refleks Tindakan siswa dapat terjadi di luar kehendak sebagai respons terhadap stimulus ter­tentu.
Gerakan fundamental dasar Siswa memiliki pola gerakan bawaan yang terbentuk dari kombinasi berbagai gerakan refleks.
Kemampuan perseptual Siswa dapat mentranslasikan stimuli yang diterima melalui indra menjadi gerakan yang tepat seperti yang diinginkan.
Gerakan yang terampil Siswa telah mengembangkan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang mem­butuhkan derajat efisiensi tertentu.
Komunikasi non diskursif Siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi melalui gerakan tubuh.

No comments:

Post a Comment