Thursday 16 May 2013

Bahasa Nusantara Purba

Bahasa Nusantara purba adalah bahasa Jawa tempo doeloe yaitu bahasa Jawa yang dikenal dalam keserumpunan bahasa Melayu Purba, digunakan di Malagasi dan beberapa tempat di daratan Asia Tenggara (Slamet Mulyana, 1964 ; 18-19), yang kemudian oleh J. Crawfurd melakukan penelitian kosakata dalam berbagai kamus mengenai bahasa-bahasa di Austronesia, yang diperbandingkan satu persatu, dengan bahasa Jawa, antara lain :
a. 8000 kata Malagasi ada 140 kata yang sama dengan bahasa Jawa
b. 4560 kata Selandia Baru ada 103 kata yang sama dengan bahasa Jawa
c. 3000 kata Marquesas ada 70 kata yang sama dengan bahasa Jawa
d. 9000 kata Tagalog ada 300 kata yang sama dengan bahasa Jawa
Bahwa angka kesamaan yang hanya sekitar 2% itu dianggap tidak ada kesamaan dalam keserumpunan, meski demikian ada dua hal yang patut untuk dicatat yaitu; 1) Bahwa orang Indonesia bukan berasal dari mana-mana bahkan merupakan induk sukubangsa yang menyebar kemana-mana 2) bahasa Jawa adalah bahasa tertua dan bahkan merupakan induk dari bahasa-bahasa Austronesia yang lain.
Dalam hal ini P.J. Veth tidak sependapat mengenai bahasa Jawa sebagai bahasa Induk dari bahasa-bahasa Austronesia termasuk Wilhem van Humboldt (1836) tentang tanggapannya terhadap bahasa Jawa kuna yang disebut sebagai bahasa Kawi yang terintervensi oleh bahasa Sansekerta (Slamet Mulyana, 1992 ; 19) , tetapi setidaknya bahasa Jawa memiliki konten yang menarik untuk dipelajari, diteliti dan dikemukakan kepada masyarakat penutur bahasa Jawa khususnya.
Para peneliti bahasa Jawa pada saat itu hanya memelajari serat-serat kasusastran Jawa sebagai bukti peninggalan sejarah dari abad IX- XVII Masehi, sebab bahasa Jawa yang asli sudah sulit untuk diketemukan lagi karena pada saat itu sama sekali tidak dibukukan dalam bentuk kamus (bausastra Jawa) atau yang sejenisnya (Poerbatjaraka, 1952 ; vii).
Nampaknya kasus yang dihadapi bahasa Jawa purba tempo doeloe, adalah kehilangan saksi bisu yang berupa tradisi tulis (Poerbatjaraka, 1952 ; vii), dan ini sangat menyulitkan untuk melacak kesejarahan bahasa Jawa, sebelum lahirnya bahasa kawi atau bahasa jawa kuna.
Barulah ketika orang-orang India masuk ke Nusantara ini, kedua bangsa (pribumi dan migrant) ini mengadopsi tradisi tulisan yang kemudian dikembangkan secara turun-temurun (Poerbatjaraka, 1952 ; vii), dengan cara saling bertukar informasi dan terjadinya perkawinan antara pribumi dan pendatang.
Pada akhirnya ditentukan garis, sebagai batas waktu penelitian sejarah kebudayaan Jawa, yakni sejak masuknya kebudayaan India ke Austronesia (kepulauan Nusantara) dalam hal ini ke pulau Jawa.
Dari sekian perjalanan sejarah penguasaan asing di Nusantara, yang sangat dominan pengaruhnya dalam ke-bahasa-an Jawa adalah dari Bahasa Sansekerta dan Arab, pengaruh tersebut tidak hanya pada kosakatanya, tetapi juga dalam kaidah paramasastra banyak sekali dipengaruhi oleh kedua bahasa tersebut. Hal ini tentu saja tidak bisa dihindari lagi, karena hampir semua bahasa di dunia dipengaruhi oleh kedua bahasa tersebut (Hazeu, et al., 1979 ; 111-112).
Sejarah bergulir seiring dengan perjalanan waktu, bahasa Jawa purba akhirnya digantikan oleh bahasa Jawa kuna yang sebagian besar dipengaruhi oleh masa pemerintahan Hindu sejak zaman dinasti wamça Syailendra, dan wamça Sanjaya yang berturut-turut menguasai Nusantara ini, mulai dari Rakai Mataram 732-760 M sampai Rakai Watuhumalang dipertengahan abad IX (Sulaiman, 1980 ; 107) , dengan bukti teks Jawa kuna sebelum aksara Jawa kuna digunakan secara resmi, seperti pada prasasti Canggal 732 M, Kalasan 778 M, Karangtengah 804 M, Gandasuli 832 M, Perot 850 M, Ratubaka 856 M, Pereng 864 M, Argapura 864 M maupun Salingsingan 876 M.
Jarak antara peralihan bahasa Jawa purba (Sundik) ke bahasa Jawa kuna ini pun cukup panjang, mungkin beberapa abad, karena memang tidak ada bukti yang menandai perjalanan waktu tersebut, seperti artefak dan sejenisnya. Munculnya pengakuan atas kekuasaan yang pernah menguasai pulau Jawa tertua tentang dinasti Salakanegara, yang menyatakan telah berdiri jauh sebelum kerajaan Tarumanegara, maka setidaknya bahasa Jawa kuna atau sebelumnya, pernah digunakan oleh orang - orang Jawa pada jaman dahoeloe kala. Jika benar apa yang ditulis dalam naskah Wangsakarta tentang keberadaan kerajaan Salakanegara, yang pernah menggunakan bahasa Jawa purba, maka setidaknya bahasa Jawa itu sudah dikenal pada masa abad III Masehi, atau mungkin sebelum itu sekitar awal abad satu masehi.
Pengaruh budaya India dalam bentuk seni patung yang banyak ditinggalkan di Indonesia (terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur), memberikan bukti bahwa budaya Hindu benar-benar menguasai di negeri ini dalam kurun waktu yang cukup lama. Dari peninggalan yang berupa; artefak, prasasti, candi dan patung dewa-dewa termasuk patung Budha, adalah merupakan tanda bahwa keberadaan budaya Hindu maupun Budha pernah ada dan berpengaruh besar di Nusantara ini.
Peradaban dunia dalam tradisi bahasa tulis, yang sudah dimulai sejak jaman Mesir kuna, yakni dengan bukti berupa pyramid dan artefak lainnya, yang mungkin terjadi sekitar 6000 tahun yang silam. Yang secara berangsur-angsur peradaban itu bergeser sampai ke Yunani serta mengalami masa kejayaan ketika memasuki jaman Romawi, yang kemudian sejalan dengan proses dinamika kehidupan, peradaban itu bergeser ke India. Padahal bagi orang India (Hindu) sendiri sebenarnya mereka itu dibawah pengaruh orang Indo-Arya yang datang dari Iran migrasi ke India dan banyak mempengaruhi terhadap budaya yang dianut oleh orang India yakni Hindu termasuk dewa-dewa sampai pada penambahan kasta yang semula hanya tiga, dengan kasta çudra sehingga menjadi empat kasta (Cardozo, 1985 ; 3).
sumber: http://edukasi.kompasiana.com

No comments:

Post a Comment